A.
PENGERTIAN ETIKA
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan
yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
Pengertian Etika
(Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan
dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin-dari
hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya,
tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau
moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah
untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Sedangkan, profesi merupakan
suatu pekerjaan yang dapat menghasilkan nafkah hidup baik diri sendiri maupun
orang lain dengan menggunakan suatu
keterampilan atau kemampuan khusus diri seseorang.
keterampilan atau kemampuan khusus diri seseorang.
Menurut UU No.8
(Pokok-Pokok Kepegawaian), kode etik profesi adalah pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan
sehari-hari. Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi-segi negative
dari suatu profesi, sehingga kode etik dapat menunjukkan arah moral bagi suatu
profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat.
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan
berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu.
Jadi dalam etika dan
profesi dalam teknologi informasi yang pertama adalah harus dapat
dipertanggung- jawabkan terhadap pekerjaan itu beserta hasilnya dan juga
terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain. Kedua, etika
profesi harus memberikan kepada siapa saja yang menjadi haknya. Yang terakhir,
setiap professional mempunyai dan mendapatkan kebebasan dalam menjalankan
profesinya.
Adapun jenis-jenis
etika yaitu :
1. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah (fay overlay) dapat dikatakan sebagai etika yang
berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia.
Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat. Etika lahir dari
filsafat.
2. Etika Teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika
teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat
memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian
dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat
dalam etika secara umum. Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan
sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis.
Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika
teologis.
B. Pengertian Profesional
Profesional adalah
Pekerja yang menjalankan profesi. Setiap profesional berpegang pada nilai moral
yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur. Dalam melakukan tugas profesi,
para profesional harus bertindak objektif, artinya bebas dari rasa malu, sentimen,
benci, sikap malas dan enggan bertindak.
Dengan demikian seorang
profesional jelas harus memiliki profesi tertentu yang diperoleh melalui sebuah
proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus, dan disamping itu pula ada
unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan
kerja. Hal ini perlu ditekankan benar untuk membedakannya dengan kerja biasa (occupation)
yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/ atau kekayaan materiil-duniawi.
Kelompok profesional
merupakan : kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh
melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi
yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya
dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi
sendiri.
Sikap seorang profesional:
-
Komitmen tinggi
-
Tanggung jawab
-
Berfikir sistematis
-
Penguasaan materi
-
Menjadi bagian masyarakat profesional
Tiga watak kerja seorang Profesional
1.
Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan profesiyang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil.
2.
Kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapaimelalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang,ekslusif dan berat.
3.
Kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral harus menundukkan diri padasebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama didalam sebuahorganisasi profesi.
PENGERTIAN PROFESIONALISME
Profesionalisme (profésionalisme)
ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan
lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh
seorang profesional. Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna
berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku,
kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987).
Dalam hal profesi tiy,
Mc Cully (1969) (dalam Rusyan, 1990 : 4) mengatakan sebagai :
Vocation an which professional knowledge of some department a learning science is used in its application to the other or in the practice of an art found it.
Vocation an which professional knowledge of some department a learning science is used in its application to the other or in the practice of an art found it.
Soedijarto (1990:57)
mendefinisikan profesionalisme sebagai perangkat atribut-atribut yang
diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan standar kerja yang
diinginkan. Dari pendapat ini, sebutan standar kerja merupakan faktor
pengukuran atas bekerjanya seorang atau kelompok orang dalam melaksanakan
tugas. Sementara itu Philips (1991:43) memberikan definisi profesionalisme
sebagai individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan etika yang
ditentukan oleh pekerjaan tersebut.
CIRI-CIRI
PROFESIONALISME
Seseorang yang memiliki
jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja
yang profesional. Kualiti profesionalisme didokong oleh ciri-ciri sebagai
berikut:
Keinginan untuk selalu
menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal. Seseorang yang memiliki
profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan
piawai yang telah ditetapkan. Ia akan mengidentifikasi dirinya kepada sesorang
yang dipandang memiliki piawaian tersebut. Yang dimaksud dengan “piawai ideal”
ialah suatu perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan
sebagai rujukan.
Meningkatkan dan
memelihara imej profesion. Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh
besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara imej profesion
melalui perwujudan perilaku profesional. Perwujudannya dilakukan melalui
berbagai-bagai cara misalnya penampilan, cara percakapan, penggunaan bahasa,
sikap tubuh badan, sikap hidup harian, hubungan dengan individu lainnya.
Keinginan untuk
sentiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan
dan meperbaiki kualiti pengetahuan dan keterampiannya.
Mengejar kualiti dan
cita-cita dalam profesion.
Profesionalisme
ditandai dengan kualiti darjat rasa bangga akan profesion yang dipegangnya.
Dalam hal ini diharapkan agar seseorang itu memiliki rasa bangga dan percaya
diri akan profesionnya.
Secara teoritis menurut Gilley
Dan England (1989), standar profesional dapat diketahui dengan empat
perspektif pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan
berorientasi filosofis.
2. Pendekatan
perkembangan bertahap
3. Pendekatan
berorientasi karakteristik
4. Pendekatan
berorientasi non-tradisional
BENTUK PROFESIONALISME
DI BIDANG IT TERUTAMA PROGRAMER
Memilki sikap mandiri
berdasarkan kemampuan yang di milikinya secara pribadi serta terbuka dan mau
menghargai pendapat orang lain, serta cermat dalam memilih yang terbaik bagi
diri dan perkembangan pribadinya, atau dengan kata lain adalah mandiri .
Seorang pekerja dibidang IT terutama programmer harus memiliki sikap tidak
tergantung dengan orang lain, terbuka, mau menerima dengan hati yang lapang
atas pekerjaanya, saat dikritik tentang pekerja tersebut maupun saat mendapat
saran dari orang lain, bahkan dapat komplain dari klien karena ada program yang
dibuatnya tidak jalan karena beberapa factor, misalkan program yang dibuat kena
virus,error, dan lain-lain.
Memiliki pengetahuan
yang tinggi dan handal di bidang IT , Seorang programer harus mempunyai modal
yang cukup salah satunya menguasai bahasa pemprograman, sehingga dalam
pembuatan program tersebut benar-benar terjamin kualitasnya dan juga tidak
asal-asalan, sehiingga program tersebut dapat bermanfaat.
Menerapkan norma-norma
yang berhubungan dengan IT yang telah diatur dalam kode etik, misalkan
profesional atau developer dengan klien, antara para profesional dalam ruang
lingkup itu sendiri, atau antara organisasi profesi serta organisasi profesi
dengan pemerintah.
Contohnya salah satu
bentuk hubungan seorang programer dengan klien atau pengguna jasa, misalnya
pembuatan sebuah program aplikasi yang dibuatnya. Seorang programmer tidak
dapat membuat suatu program semaunya sendiri, ada beberapa hal yang harus ia
perhatikan seperti : untuk apa program tersebut dibuat dan nantinya digunakan
oleh kliennya atau user, ia dapat menjamin keamanan sistem kerja program
aplikasi tersebut dari pihak-pihak yang dapat mengacaukan sistem kerjanya.
Persyaratan
profesionalisme bidang TI:
a. Dasar ilmu yang kuat
dalam bidangnya
b. Penguasaan kiat-kiat
profesi berdasar riset dan praktis
c. Pengembangan
kemampuan profesional berkesinambungan
Rendahnya profesionalisme pekerja bidang TI:
a. Tidak menekuni profesi
secara total (sambilan)
b. Belum adanya konsep
yang jelas tentang norma dan etika profesi IT
c. Belum ada organisasi
profesional yang menangani para profesional bidang IT
Sumber Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar